About Me

Foto saya
Mahasiswa S2 Pascasarjana UNY P. Matematika Kelas C NIM. 11709251038

Selasa, 20 Desember 2011

Komentar Elegi Menggapai Pengetahuan Objektif

Menggapai Pengetahuan Objektif. Pengetahuan objektif didapatkan dari pengalaman-pengalaman berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Dari interaksi tersebut akan terjadi pembentukan persepsi, menganalisis, membuat tesis, berpendapat, menggunakan metode, mengambil kesimpulan. Dengan proses itu dilakukan secara bersama maka akan didapatkan pengetahuan yang tidak hanya memiliki nilai kebenaran pada satu orang saja, tetapi juga untuk beberapa orang (universal).

Link to this elegi

Komentar Elegi Menggapai Mengada dan Pengada

Jangan bersikap sombong dulu jika kita sudah melakukan yang sesuai dengan yang kita inginkan. Belum tentu yang sudah dilakukan itu diakui oleh orang lain. Apa yang kita lakukan hanya akan benar-benar dinyatakan ADA jika ada begitu banyak yang mengetahuinya. Tetapi itu tidak cukup, ditambah apa yang kita ADA-kan itu di sadari.
Jangan puas dulu dengan apa yang sudah dilakukan. Pada hakekatnya, manusia hanya selalu berusaha untuk menggapai kesempurnaan. Tetapi kesempurnaan hakiki hanyalah milik Allah SWT.

Link to this elegi

Komentar Elegi Menggapai Lengkap

Lengkap dimiliki oleh segala objek dari yang ada dan yang mungkin ada. Manusia dapat berfikir mengenai ada dan yang mungkin ada. Tetapi apakah manusia bisa memikirkannya secara lengkap? Tidak bisa. Sebenar-benarnya lengkap (lengkap absolut) hanyalah milik Allah SWT. Manusia hanya bisa berusaha untuk menggapai lengkap dari objek yang ada dan yang mungkin ada.

Link to this elegi

Senin, 12 Desember 2011

Komentar Elegi Menggapai Dasar Gunung Es

Kalau boleh saya memisalkan bahwa lautan adalah segala yang ada dan yang mungkin ada. Gunung-gunung es adalah hakekat dari bagian-bagian dari yang ada dan yang mungkin ada. Dan di masing hakekat dari bagian-bagian tersebut masih ada hakekat yang lainnya, yaitu puncak-puncaknya yang lebih kecil. Maka, akan ada puncak-puncak yang lebih kecil lagi sampai mencapai dasar di bawah permukaan laut yaitu hakekat yang lebih dalam. dan masih ada lagi dasar yang paling dasar. Dan seterusnya...

Dalam menggapai dasar gunung es, selalu berusaha menggapai hakekat yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya.

Link to this elegi

Senin, 05 Desember 2011

Komentar Elegi Menggapai Penampakan

Menggapai Penampakan berarti Menggapai Hakekat. Jadi dalam menggapai penampakan, maka harus sadar akan hakekat yang dimiliki dari suatu penampakan tersebut. Semakin dalam menggapai hakekat akan semakin dalam menggapai penampakan.

Link to this elegi

Komentar Elegi Menggapai Ramai

Tingkat tertinggi dalam menggapai ramai adalah dimana telah munculnya suara 9 pada diri. Setinggi-tinggi bersuara adalah ketika menyebutkan Allah SWT dengan segenap daya, upaya, jiwa dan raga. Dari masing-masing suara itu memiliki dimensinya masing-masing dan pada batasannya. Tetapi pada suara ke 9, memiliki dimensi yang sangat luas. Segala yang ada di seluruh sel-sel tubuh, di seluruh lingkungan sampai batas pikiran mampu merasakan ke-ramai-an yang sangat. Karena semua dari itu masing-masing menyerukan, menyuarakan pada satu hal, yaitu Sang Pencipta. Allah SWT. Maka tidak akan pernah merasa sepi bagi yang pikiran, hati dan tubuhnya jikalau mereka hidup berserah diri pada Allah SWT. KArena sesungguhnya hidup ini hanyalah milikNya.

Link to this elegi

Komentar Elegi Seorang Hamba Menggapai Ruang dan Waktu

Sadar ruang dan waktu sebenar-benarnya adalah menterjemahkan dan diterjemahkan. Dalam menggapai ruang dan waktu, itulah pokoknya. Tetapi tidak ada satupun yang bisa mendapatkan ruang dan waktu yang sebenar-benarnya. Kita hanya bisa berusaha untuk bisa menterjemahkan dan diterjemahkan.
Tokoh pemangsa ruang dan waktu adalah tokoh yang merasa bahwa dia telah mendapatkan ruang dan waktu. Itu menyebabkan muncul rasa ego pada dirinya bahwa dia telah mengetahui segalanya. Padahal dia belum bisa menerjemahkan dan diterjemahkan.
Sunggguh akan sangat bahagia sekali jika selalu berusaha menggapai ruang dan waktu. Akan menjadikan kita menjadi insan yang dapat menjalani hidup yang berguna untuk dirinya, orang lain dan lingkungannya.
Yach...bisa dilihat disekeliling hidup kita, semakin banyak manusia-manusia yang menjadi tokoh pemangsa ruang dan waktu. Begitu banyak koruptor, mafia hukum, dan para penjahat lainnya. Hati-hatilah para teman-temanku, wahai para pendidik dan calon pendidik, dunia kita sangat dekat dengan tokoh pemangsa ruang dan waktu. Waspdalah!!!

Link to this elegi

Komentar Elegi Pemberontakan Para Logos

Elegi yang menceritakan pertengkaran antara logos dan hati. Dimana ke-ego-an dari masing-masingnya dimunculkan. Logos yang menganggap bahwa hati telah membuat mitos-mitos yang mengekangnya. Hati yang merasa bahwa para logos telah melampaui batasnya. Ke-ego-an itu membuat logos menjadi mitos, hati menjadi syaitan.
Tapi apa yang terjadi jika mitos dan syaitan berjalan beriringan?? tidak akan berjalan lancar. Mitos dan syaitan menyebabkan tertutupnya logos dan hati. Tetapi biasanya mitos dan syaitan akan kembali menjadi logos dan hati ketika sudah dibenturkan dengan masalah.
Memang harus waspada dalam menjaga logos dan hati karena begitu dekatnya mereka dengan mitos dan syaitan. Ilmu tanpa hati akan menyebabkan sesat. Hati tanpa ilmu akan menyebabkan buta

Link to this elegi

Jumat, 02 Desember 2011

Elegi Wawancara Orang Tua Berambut Putih

Iya pak...saya merasakan manfaat dari membaca elegi-elegi dalam kehidupan saya. Dari pemikiran-pemikiran para filsuf pun saya bisa mengambil manfaatnya untuk menghadapi tantangan hidup. Saya setuju pada salah satu comment di atas bahwa "setiap manusia adalah filsuf karena manusia adalah makhluk yang berfikir". Memang masing-masing dari manusia memiliki dimensinya sendiri dalam berfikir. Ruang dan waktunya pun berbeda-beda.
Dengan membaca elegi-elegi dapat mempermudah dalam berfikir/berfilsafat. Dengan membaca elegi dapat menambah dimensi, dapat memahami ruang dan waktu. dan masih banyak lagi. Semua itu dapat mempermudah dalam menggapai sebanyak-banyaknya ilmu yang ada di dunia ini.

Link to this Elegi

Komentar Elegi Menggapai Hakekat

Ada sebuah botol di atas meja. Tiba-tiba ada seorang pria melewati meja tersebut. Apakah pria itu tahu bahwa di atas meja yang ia lewati ada sebuah botol?
Kesadaran...Pria itu akan tahu ada botol di atas meja jika dia memiliki kesadaran. Begitu sebaliknya, jika dia tidak memiliki kesadaran akan botol itu, maka pria itu akan menggangap tidak ada botol di atas meja.
Begitu juga dengan hakekat. Jika ingin menggapai hakekat maka sangat diperlukan sebuah kesadaran. Baik itu yang ada di dalam maupun yang ada di luar diri.

Link to this elegi

Kamis, 01 Desember 2011

Komentar Elegi Menggapai Matematika Yang Tidak Tunggal

Saya merasa aneh...ada yang aneh dengan kebijakan dalam Pendidikan di Negara ini. Di satu pihak, dalam kitab suci pendidikan kita, dikatakan:

Proses pembelajaran matematika pada satuan pendidikan diselenggarakan interaktif, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi siswa.

Tapi di lain pihak, ada kebijakan UN sebagai penentu masa depan mereka.
Bagaimana proses tersebut bisa terjadi, kalau dari awal siswa sudah ditekan sedemikian rupa.
Saya melihat ada dua hal yang berbeda yang dipaksakan menjadi satu. Salah satunya pasti akan kalah.

Seperti yang dikatan oleh bapak Marsigit pada elegi ini, bahwa dibutuhkan keikhlasan kepada pembuat kebijakan UN. Harus bisa meluruhkan ego pada diri mereka masing-masing. Dan lebih mementingkan kebutuhan belajar matematika siswa yang lebih Aristotelian.

Semoga Sistem Pendidikan kita selalu berkembang untuk meningkatkan kualitas Pendidikan di Negara tercinta kita ini.

Link to this Elegi

Rabu, 23 November 2011

Filsafat Melalui Pikiran Para Filsuf (Immanuel Kant)

Filsafat Immanuel Kant, yang berusaha untuk mempersatukan kedua macam unsur dalam filsafat rasionalisme dan empirisme dalam satu hubungan yang seimbang, yang satu tidak terpisahkan dari yang lain. Menurut Kant, pengetahaun merupakan hasil terakhir yang diperoleh dengan adanya kerjasama di antara dua komponen, yaitu di satu pihak berupa bahan-bahan yang bersiifat pengalmaan inderawi, dan di lain pihak cara mengolah kesan-kesan yang bersangkutan sedemikian rupa sehingga terdapat suatu hubungan sebab dan akibat. Paham empirisme secara berat sebelah memberikan titik berat pada pengalaman inderawai yang bersifat langsung. Sedangkan paham rasionalisme memberikan peranan yang terlalu besar kepada pikiran manusia, artinya memberikan titik berat atau pengutamaan pada penglihatan yang bersifat akali dan penjabaran yang bersifat logik.

Immanuel Kant mengatakan bahwa dengan hanya mementingkan salah satu dari kedua aspek sumber pengetahuan (rasio dan empirik) tidak akan diperoleh pengetahuan yang kebenarannya bersifat universal sekaligus dapat memberikan informasi baru. Pengetahuan yang rasional adalah yang analitis a priori, pengetahuan bersifat universal tapi tidak memberikan informasi baru. Sebaliknya pengetahuan yang empiris adalah sintetis a posteriori, pengetahuan dapat memberikan informasi baru tetapi kebenarannya tidak universal. Untuk mempersatukan dua pengetahuan tersebut, Immanuel Kant mengemukakan bahwa pengetahuan itu seharusnya sintetis a priori, pengetahuan bersumber dari rasio dan empiric yang sekaligus bersifat a priori dan a posteriori.

Immanuel Kant juga mengatakan bahwa pengetahuan selalu bersifat sintesis. Pengetahuan inderawi merupakan sintesis hal-hal dari luar dan dari bentuk-bentuk ruang dan waktu di dalam diri. Sedangkan pengetahuan dari akal merupakan sintesis dari data inderawi dan sumbangan dari kategori-kategori.

Senin, 17 Oktober 2011

Komentar Elegi Pemberontakan Para Beda

Itulah yang harus dipahami oleh semua orang, khususnya para pendidik. Yang ada dan yang mungkin ada pada hakekatnya berbeda berdasarkan ruang dan waktu. Seperti yang perbah bapak contohkan saat perkuliahan, diri kita saat ini pasti berbeda dengan diri kita yang kemarin, dua hari yang lalu, bahkan 1 menit yang lalu diriku berbeda dengan diriku yang sekarang. Hal tersebut bisa juga kita lihat dalam proses belajar. Belajar itu menggapai beda pada diri siswa. Itulah salah satu proses membangun diri. Guru harus bisa membantu siswa dalam menggapai bedanya, agar proses belajar siswa dapat bermakna

Link to this elegi

Jumat, 14 Oktober 2011

Komentar Elegi Menggapai Awal dan Akhir

Dalam usaha pikiran Immanuel Kant tersebut dapat dikatakan bahwa dunia ini mempunyai awal dan akhir. Dapatkah dimisalkan? Komputer tidak akan begitu saja ada, pasti ada yang pertama kali membuatnya. Begitu juga bumi beserta seluruh alam semesta, pasti ada yang membuatnya. Alam semesta yang begitu besar, pastinya sang pembuatnya juga sungguh Maha Besar. Itulah pikiranku. Hatiku mengatakan bahwa awal dari segalanya adalah yang Maha Awal, Maha Pencipta, Allah SWT.
Dapatkah??

Link to this elegi

Rabu, 12 Oktober 2011

Komentar Elegi Menggapai Ada

Seperti yang sudah dikatakan oleh bapak bahwa ADA akan ada jika kita memiliki kesadaran pada keber"ADA"an tersebut. Butuh kesadaran yang sedalam-dalamnya untuk menunjukkan suatu keber"ADA"an. Seperti dalam elegi di atas, bahwa tidak ada satu orang pun yang bisa untuk memahami hakekat sebuah "ADA" melainkan selalu berusaha untuk dapat memahami "ADA".

Semoga kita termasuk orang yang selalu berusaha untuk memahami "ADA" yang ada di dalam maupun yang ada di luar diri kita.


Link to this elegi

Komentar Elegi Menggapai Fungsi f(x)=1

Semua yang ada dan yang mungkin ada dalam hati maupun pikiran kita, semuanya akan bermuara pada "1". Ketika itu sudah kita miliki, maka kita akan termasuk golongan yang tidak akan tersesat. Dalam aktifitas sehari-hari kita, f fungsi dalam hidup kita, x variabel segala apa yang kita lakukan (berfikir, bekerja, berdo'a, dll), 1 tujuan mengapa kita melakukan apa yang kita lakukan pada fungsi hidup kita (1 = ESA = Allah SWT).
f(x)=1 adalah bentuk fungsi dari ketaqwaan kita kepada "Sang Pemilik Hidup", yang fungsi tersebut bersifat konstan/tetap/tidak berubah-ubah.

Link to this elegi

Komentar Elegi Menggapai Dimensi

Dimensi akan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Itu semua bergantung pada ilmu yang dimiliki. Dengan ilmu maka akan memberikan "daya" bagi dimensi dirinya dan memberikan "daya" bagi sekelilingnya. Tetapi sungguh dimensi yang dimiliki akan membuat rugi bagi orang lain jika hanya seseorang memiliki ilmu dunia saja tanpa memiliki ilmu akhirat. Karena sesungguhnya kesempurnaan dimensi yang paling tinggi adalah dimensi "yang memiliki hidup" semua makhluk di dunia, adalah dimensi Sang Maha Pencipta, dimensi Allah SWT, yang memiliki hak sepenuhnya secara absolut untuk menentukan dimensi-dimensi yang lain.

Mari kita selalu berdo'a kepada Allah SWT agar dimensi yang kita miliki dapat berdampak baik bagi kita dan sekeliling kita. Amin.

Link to this elegi

Komentar Elegi Menggapai Kenyataan

Kenyataan itu bersifat terbuka untuk setiap manusia yang mau memikirkannya. Kita semua mempunyai hak yang sama dalam memikirkan "kebenaran". Monistis, Pluralis, dan Dualisme hanyalah hanya sebagian kecil yang memikirkannya pada elegi ini. Kenyataan itu bersifat luas dan akan didapatkan manusia jika mereka berusaha untuk memikirkannya.

Link to this elegi

Selasa, 04 Oktober 2011

Komentar Elegi Menggapai Kategori

Dalam membangun kategori pada diri dibutuhkan proses berfikir yang sebenar-benarnya. Manusia yang satu dengan yang lain memiliki kemampuan yang berbeda-beda untuk melakukannya. Immanuel Kant membagi dalam 12 kategori, Einsten berkata kategori itu relatif berdasarkan ruang dan waktu, bahkan ada yang memberikan comment mencapai 1000 kategori. Menurut saya, meng"kategori"kan tidak lain tidak bukan adalah suatu proses berfikir yang sesuai dengan ruang dan waktu. Jadi, jelas ada kemungkinan yang sangat besar terjadi perbedaan, tergantung sejauh dan sedalam apa seseorang menemukan ruang dan waktunya. Pendapat Immanuel Kant ini bisa kita jadikan sebagai bahan dalam berfikir sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya.

Link to this elegi

Komentar Elegi Menggapai Tidak Risau

Risau... Sebuah kekacauan yang terjadi dalam diri manusia.
Setiap manusia pasti mempunyai ukuran "ideal" untuk kehidupannya masing-masing. Hanya saja terkadang ke"ideal"an itu bisa membuat manusia menjadi ketakutan dalam melangkah dalam hidup. Lalu muncullah risau-risau pada diri manusia.
Seperti yang telah ditulis pada elegi di atas, segala risau yang ada sebaiknya kita kembalikan kepada kekuatan yang Maha Agung dengan ikhtiar dan berdo'a yang diimbangi dengan usaha yang sebenar-benarnya.
Karena sesungguhnya apa yang menurut kita baik, belum tentu itu baik dimata Allah. Tetapi apa yang menurut Allah baik, tentulah itu yang terbaik untuk kita.

Link to this elegi

Komentar Elegi Seorang Guru Menggapai Kesempatan

Berfilsafat adalah upaya secara sungguh-sungguh dengan menggunakan akal pikiran untuk menentukan hakikat dari segala sesuatu.
Jadi dalam berfikir harus sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya. Jika tidak maka akan terjebak pada suatu kesesatan. Seperti pada elegi di atas, guru sering mengalami kebingungan, kesesatan dalam berfikir. Tetapi setelah ada "percakapan" dengan orang berambut putih maka dia keluar dari kesesatannya. Itu adalah salah satu proses berfikir menuju sebuah hakekat.
Al-Syaybani mengatakan dalam berfilsafat adalah cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatiannya dan mencari sikap positif terhadap hikmah tersebut.

Link to this elegi

Komentar Elegi Jebakan Filsafat

Jebakan ada dimana-mana. Bisa ada di hati dan di pikiran. Tidak ada yang sebenar-benarnya bisa lepas dari jebakan tersebut. Setiap orang hanya bisa berusaha untuk tidak terjebak dalam jebakan itu. Jebakan yang sebenarnya adalah jebakan ruang dan waktu. Seseorang akan masuk dalam jebakan itu kalau dia tidak bisa memaknai hakikat ruang dan waktu yang ada dalam dirinya. Menurut saya untuk mencoba tidak terjebak, kita harus selalu berusaha untuk memaknai segala sesuatu yang kita pikirkan dengan sebenar-benar ruang dan waktu yang kita miliki, sebenar-benar dimensi yang akan dicapai. Ketika ada ketidak sesuaian antara apa yang ingin dicapai dengan ruang dan waktu yang sesuai, maka sebenar-benarnya kita telah terjebak.
Semoga kita semua termasuk orang-orang yang selalu mencoba untuk lepas dari jebakan-jebakan.

Link to this elegi

Selasa, 27 September 2011

Komentar Elegi Bagaimana Matematikawan Dapat Mengusir Syaitan?

Dengan ilmu dapat membangun spiritual. Memang segala apa yang ada di dunia dapat semakin mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa. Elegi di atas adalah salah satu contoh pengaplikasian ilmu.

Refleksi :
Siapa sebenarnya yang menciptakan ilmu-ilmu yang ada di dunia? Apakah kita bisa menciptakan sesuatu yang baru? Kalau bisa, apa gunanya bagi diri kita sendiri? Dapatkah dengan ilmu mampu membangun diri?

Link to this elegi

Senin, 26 September 2011

Komentar Elegi Sang Bagawat Menggoda Sarang Lebah

Setelah membaca elegi di atas daya menyimpulkan bahwa adab dalam berfilsafat haruslah mampu untuk bersikap kritis terhadap sikap, aturan, kebiasaan, kebijakan yang telah di junjung tinggi dalam kehidupan. Hal tersebut banyak ditunjukkan pada fenomena-fenomena alam seperti pada sarang lebah ini. Selain itu, terdapat juga unsur penyelidikan dan proses berfikir pada kebenaran yang baru, dalam elegi ini pada saat anak lebah membuat persepsi baru bahwa dia telah belajar nilai-nilai kehidupan yang humanis, alami, spiritual, demokratis, berbudaya, konstruktif, dll. Persepsi itu muncul setelah sang begawat memberikan "transfer filsafat" dengan mengenalkan sesuatu yang "baru" bagi si anak lebah. Yang akhirnya membangun filsafat pada diri si anak lebah itu dan akan menularkan pada lebah-lebah yang lain.

Link to this elegi

Komentar Elegi Memahami Elegi (2)

Sedikit comment lagi....(habis baca buku nich ^___^)

Kebingungan sang mahasiswa ketika belajar tentang filsafat sebenarnya adalah sebuah usaha dari mahasiswa tersebut untuk berfikir tentang sesuatu. Ketika kita merasa "bingung" terhadap sesuatu maka sebenarnya kita sedang memikirkan tentang sesuatu itu. Kebingungan merupakan proses berfikir yang terjadi dalam diri manusia, namun terkadang kita tidak menyadarinya. Ketika kita dihadapkan dengan kebingungan, maka kita akan cenderung marah sebagai pelampiasan kebingungan kita. Ketika kita dihadapkan dalam sebuah "kebingungan" hal terbaik yang kita lakukan adalah belajar dari kebingungan tersebut untuk mencari jawaban dari kebingungan yang kita hadapi. Ketika manusia berhasil memecahkan kebingungan yang dihadapi, maka manusia itu akan paham dengan kenyataan yang ada dihadapannya. Manusia akan cenderung menjadi pribadi yang tangguh ketika dia terlalu sering dihadapkan dengan permasalahan-permasalahan dan kebingungan-kebingungan yang akhirnya mendorong dia untuk berfikir.

Link to this elegi

Komentar Elegi Memahami Elegi

Saya tertarik ketika mahasiswa berkata kalau dia menjadi pusing dan konsep pemikirannya menjadi berantakan ketika sedang mempelajari filsafat.
Menurut saya sebenarnya sudah sejak kecil manusia itu mulai berfilsafat. Anak-anak mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu yang tinggi dalam segala hal. Nah! itu filsafat. Filsafat dimulai dari ketidaktahuan. Hanya saja mungkin tidak disadari. Memasuki umur kanak-kanak, menuju remaja sampai akhirnya pada taraf dewasa pasti banyak ilmu yang telah dipelajari baik ilmu sosial maupun ilmu alam. Ketika mempelajari itu, mereka tidak sadar bahwa mereka sudah bersinggungan dengan filsafat. Mungkin itu yang bisa jadi alasan mengapa beberapa mahasiswa yang menjadi pusing dalam mempelajari filsafat. Padahal segala ilmu yang sudah muncul di dunia semua terlahir dari ilmu filsafat. Entah siapa yang salah dalam hal ini (kalau tidak ada kebenaran manusia yang pasti maka kesalahan manusia yang pasti pun tidak ada). Ataukah ini adalah "dosa turunan" dari transfer ilmu dari nenek moyang atau ini adalah sebuah konstruksi budaya yang dibangun oleh penguasa pada saat itu..???

Dalam berfilsafat jangan pernah takut untuk tidak tahu, ingin tahu, dan mengetahui.

Link to this elegi

Komentar Elegi Kuda Lumping Bangsaku

Adab Filsafat yang bersesuaian :
Segala sesuatu yang terjadi di negeri tercinta ini, bisa dilihat tidak hanya dari sebuah pertunjukkan Kuda Lumping saja. Begitu banyak pertunjukkan lain, hiburan-hiburan lain, yang merupakan tanda-tanda akan "kesurupan" yang berkepanjangan sejak negara Indonesia merdeka sampai hampir tidak merdeka lagi ini (semoga saja tidak). Sebenarnya manusia-manusia cerdas yang berada di dalam SISTEM yang ada di negara ini bisa membaca itu semua. Hanya saja, banyak di antara mereka yang tidak bisa bahkan sengaja tidak bisa untuk "MERASA". Yang akhirnya akan menghilangkan ke"SADAR"an meraka untuk berani melawan arus yang ada di dunia. Tidak sedikit juga orang yang mampu mem"BACA" dan "BERANI" untuk melakukan sebuah perubahan besar. Tetapi sepertinya orang-orang tersebut belum bisa untuk menerobos sistem yang sudah mendarah daging itu (sebuah sistem yang merupakan dosa turunan). Bahkan mereka diambil hak-haknya, seperti yang terjadi pada saudara kita semua, MUNIR, yang sampai saat ini tidak diketahui siapa yang bertanggung jawab atas kematiannya.

Dari perkuliahan pertama mata kuliah Filsafat Ilmu dengan Pak Marsigit saya dapat mengambil hikmah bahwa dengan filsafat sebenarnya masalah-masalah yang kompleks yang terjadi di negara ini bisa mendapatkan jalan keluar(solusi). Di mana manusia harus bisa "BERPIKIR" dan "MERASA" dengan "JUJUR", "SADAR", dan "BERANI" untuk "Membangun Diri" menjadi yang terbaik bagi diri sendiri dan sekitarnya.

Link to this elegi