About Me

Foto saya
Mahasiswa S2 Pascasarjana UNY P. Matematika Kelas C NIM. 11709251038

Senin, 17 Oktober 2011

Komentar Elegi Pemberontakan Para Beda

Itulah yang harus dipahami oleh semua orang, khususnya para pendidik. Yang ada dan yang mungkin ada pada hakekatnya berbeda berdasarkan ruang dan waktu. Seperti yang perbah bapak contohkan saat perkuliahan, diri kita saat ini pasti berbeda dengan diri kita yang kemarin, dua hari yang lalu, bahkan 1 menit yang lalu diriku berbeda dengan diriku yang sekarang. Hal tersebut bisa juga kita lihat dalam proses belajar. Belajar itu menggapai beda pada diri siswa. Itulah salah satu proses membangun diri. Guru harus bisa membantu siswa dalam menggapai bedanya, agar proses belajar siswa dapat bermakna

Link to this elegi

Jumat, 14 Oktober 2011

Komentar Elegi Menggapai Awal dan Akhir

Dalam usaha pikiran Immanuel Kant tersebut dapat dikatakan bahwa dunia ini mempunyai awal dan akhir. Dapatkah dimisalkan? Komputer tidak akan begitu saja ada, pasti ada yang pertama kali membuatnya. Begitu juga bumi beserta seluruh alam semesta, pasti ada yang membuatnya. Alam semesta yang begitu besar, pastinya sang pembuatnya juga sungguh Maha Besar. Itulah pikiranku. Hatiku mengatakan bahwa awal dari segalanya adalah yang Maha Awal, Maha Pencipta, Allah SWT.
Dapatkah??

Link to this elegi

Rabu, 12 Oktober 2011

Komentar Elegi Menggapai Ada

Seperti yang sudah dikatakan oleh bapak bahwa ADA akan ada jika kita memiliki kesadaran pada keber"ADA"an tersebut. Butuh kesadaran yang sedalam-dalamnya untuk menunjukkan suatu keber"ADA"an. Seperti dalam elegi di atas, bahwa tidak ada satu orang pun yang bisa untuk memahami hakekat sebuah "ADA" melainkan selalu berusaha untuk dapat memahami "ADA".

Semoga kita termasuk orang yang selalu berusaha untuk memahami "ADA" yang ada di dalam maupun yang ada di luar diri kita.


Link to this elegi

Komentar Elegi Menggapai Fungsi f(x)=1

Semua yang ada dan yang mungkin ada dalam hati maupun pikiran kita, semuanya akan bermuara pada "1". Ketika itu sudah kita miliki, maka kita akan termasuk golongan yang tidak akan tersesat. Dalam aktifitas sehari-hari kita, f fungsi dalam hidup kita, x variabel segala apa yang kita lakukan (berfikir, bekerja, berdo'a, dll), 1 tujuan mengapa kita melakukan apa yang kita lakukan pada fungsi hidup kita (1 = ESA = Allah SWT).
f(x)=1 adalah bentuk fungsi dari ketaqwaan kita kepada "Sang Pemilik Hidup", yang fungsi tersebut bersifat konstan/tetap/tidak berubah-ubah.

Link to this elegi

Komentar Elegi Menggapai Dimensi

Dimensi akan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Itu semua bergantung pada ilmu yang dimiliki. Dengan ilmu maka akan memberikan "daya" bagi dimensi dirinya dan memberikan "daya" bagi sekelilingnya. Tetapi sungguh dimensi yang dimiliki akan membuat rugi bagi orang lain jika hanya seseorang memiliki ilmu dunia saja tanpa memiliki ilmu akhirat. Karena sesungguhnya kesempurnaan dimensi yang paling tinggi adalah dimensi "yang memiliki hidup" semua makhluk di dunia, adalah dimensi Sang Maha Pencipta, dimensi Allah SWT, yang memiliki hak sepenuhnya secara absolut untuk menentukan dimensi-dimensi yang lain.

Mari kita selalu berdo'a kepada Allah SWT agar dimensi yang kita miliki dapat berdampak baik bagi kita dan sekeliling kita. Amin.

Link to this elegi

Komentar Elegi Menggapai Kenyataan

Kenyataan itu bersifat terbuka untuk setiap manusia yang mau memikirkannya. Kita semua mempunyai hak yang sama dalam memikirkan "kebenaran". Monistis, Pluralis, dan Dualisme hanyalah hanya sebagian kecil yang memikirkannya pada elegi ini. Kenyataan itu bersifat luas dan akan didapatkan manusia jika mereka berusaha untuk memikirkannya.

Link to this elegi

Selasa, 04 Oktober 2011

Komentar Elegi Menggapai Kategori

Dalam membangun kategori pada diri dibutuhkan proses berfikir yang sebenar-benarnya. Manusia yang satu dengan yang lain memiliki kemampuan yang berbeda-beda untuk melakukannya. Immanuel Kant membagi dalam 12 kategori, Einsten berkata kategori itu relatif berdasarkan ruang dan waktu, bahkan ada yang memberikan comment mencapai 1000 kategori. Menurut saya, meng"kategori"kan tidak lain tidak bukan adalah suatu proses berfikir yang sesuai dengan ruang dan waktu. Jadi, jelas ada kemungkinan yang sangat besar terjadi perbedaan, tergantung sejauh dan sedalam apa seseorang menemukan ruang dan waktunya. Pendapat Immanuel Kant ini bisa kita jadikan sebagai bahan dalam berfikir sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya.

Link to this elegi

Komentar Elegi Menggapai Tidak Risau

Risau... Sebuah kekacauan yang terjadi dalam diri manusia.
Setiap manusia pasti mempunyai ukuran "ideal" untuk kehidupannya masing-masing. Hanya saja terkadang ke"ideal"an itu bisa membuat manusia menjadi ketakutan dalam melangkah dalam hidup. Lalu muncullah risau-risau pada diri manusia.
Seperti yang telah ditulis pada elegi di atas, segala risau yang ada sebaiknya kita kembalikan kepada kekuatan yang Maha Agung dengan ikhtiar dan berdo'a yang diimbangi dengan usaha yang sebenar-benarnya.
Karena sesungguhnya apa yang menurut kita baik, belum tentu itu baik dimata Allah. Tetapi apa yang menurut Allah baik, tentulah itu yang terbaik untuk kita.

Link to this elegi

Komentar Elegi Seorang Guru Menggapai Kesempatan

Berfilsafat adalah upaya secara sungguh-sungguh dengan menggunakan akal pikiran untuk menentukan hakikat dari segala sesuatu.
Jadi dalam berfikir harus sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya. Jika tidak maka akan terjebak pada suatu kesesatan. Seperti pada elegi di atas, guru sering mengalami kebingungan, kesesatan dalam berfikir. Tetapi setelah ada "percakapan" dengan orang berambut putih maka dia keluar dari kesesatannya. Itu adalah salah satu proses berfikir menuju sebuah hakekat.
Al-Syaybani mengatakan dalam berfilsafat adalah cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatiannya dan mencari sikap positif terhadap hikmah tersebut.

Link to this elegi

Komentar Elegi Jebakan Filsafat

Jebakan ada dimana-mana. Bisa ada di hati dan di pikiran. Tidak ada yang sebenar-benarnya bisa lepas dari jebakan tersebut. Setiap orang hanya bisa berusaha untuk tidak terjebak dalam jebakan itu. Jebakan yang sebenarnya adalah jebakan ruang dan waktu. Seseorang akan masuk dalam jebakan itu kalau dia tidak bisa memaknai hakikat ruang dan waktu yang ada dalam dirinya. Menurut saya untuk mencoba tidak terjebak, kita harus selalu berusaha untuk memaknai segala sesuatu yang kita pikirkan dengan sebenar-benar ruang dan waktu yang kita miliki, sebenar-benar dimensi yang akan dicapai. Ketika ada ketidak sesuaian antara apa yang ingin dicapai dengan ruang dan waktu yang sesuai, maka sebenar-benarnya kita telah terjebak.
Semoga kita semua termasuk orang-orang yang selalu mencoba untuk lepas dari jebakan-jebakan.

Link to this elegi