About Me

Foto saya
Mahasiswa S2 Pascasarjana UNY P. Matematika Kelas C NIM. 11709251038

Selasa, 27 September 2011

Komentar Elegi Bagaimana Matematikawan Dapat Mengusir Syaitan?

Dengan ilmu dapat membangun spiritual. Memang segala apa yang ada di dunia dapat semakin mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa. Elegi di atas adalah salah satu contoh pengaplikasian ilmu.

Refleksi :
Siapa sebenarnya yang menciptakan ilmu-ilmu yang ada di dunia? Apakah kita bisa menciptakan sesuatu yang baru? Kalau bisa, apa gunanya bagi diri kita sendiri? Dapatkah dengan ilmu mampu membangun diri?

Link to this elegi

Senin, 26 September 2011

Komentar Elegi Sang Bagawat Menggoda Sarang Lebah

Setelah membaca elegi di atas daya menyimpulkan bahwa adab dalam berfilsafat haruslah mampu untuk bersikap kritis terhadap sikap, aturan, kebiasaan, kebijakan yang telah di junjung tinggi dalam kehidupan. Hal tersebut banyak ditunjukkan pada fenomena-fenomena alam seperti pada sarang lebah ini. Selain itu, terdapat juga unsur penyelidikan dan proses berfikir pada kebenaran yang baru, dalam elegi ini pada saat anak lebah membuat persepsi baru bahwa dia telah belajar nilai-nilai kehidupan yang humanis, alami, spiritual, demokratis, berbudaya, konstruktif, dll. Persepsi itu muncul setelah sang begawat memberikan "transfer filsafat" dengan mengenalkan sesuatu yang "baru" bagi si anak lebah. Yang akhirnya membangun filsafat pada diri si anak lebah itu dan akan menularkan pada lebah-lebah yang lain.

Link to this elegi

Komentar Elegi Memahami Elegi (2)

Sedikit comment lagi....(habis baca buku nich ^___^)

Kebingungan sang mahasiswa ketika belajar tentang filsafat sebenarnya adalah sebuah usaha dari mahasiswa tersebut untuk berfikir tentang sesuatu. Ketika kita merasa "bingung" terhadap sesuatu maka sebenarnya kita sedang memikirkan tentang sesuatu itu. Kebingungan merupakan proses berfikir yang terjadi dalam diri manusia, namun terkadang kita tidak menyadarinya. Ketika kita dihadapkan dengan kebingungan, maka kita akan cenderung marah sebagai pelampiasan kebingungan kita. Ketika kita dihadapkan dalam sebuah "kebingungan" hal terbaik yang kita lakukan adalah belajar dari kebingungan tersebut untuk mencari jawaban dari kebingungan yang kita hadapi. Ketika manusia berhasil memecahkan kebingungan yang dihadapi, maka manusia itu akan paham dengan kenyataan yang ada dihadapannya. Manusia akan cenderung menjadi pribadi yang tangguh ketika dia terlalu sering dihadapkan dengan permasalahan-permasalahan dan kebingungan-kebingungan yang akhirnya mendorong dia untuk berfikir.

Link to this elegi

Komentar Elegi Memahami Elegi

Saya tertarik ketika mahasiswa berkata kalau dia menjadi pusing dan konsep pemikirannya menjadi berantakan ketika sedang mempelajari filsafat.
Menurut saya sebenarnya sudah sejak kecil manusia itu mulai berfilsafat. Anak-anak mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu yang tinggi dalam segala hal. Nah! itu filsafat. Filsafat dimulai dari ketidaktahuan. Hanya saja mungkin tidak disadari. Memasuki umur kanak-kanak, menuju remaja sampai akhirnya pada taraf dewasa pasti banyak ilmu yang telah dipelajari baik ilmu sosial maupun ilmu alam. Ketika mempelajari itu, mereka tidak sadar bahwa mereka sudah bersinggungan dengan filsafat. Mungkin itu yang bisa jadi alasan mengapa beberapa mahasiswa yang menjadi pusing dalam mempelajari filsafat. Padahal segala ilmu yang sudah muncul di dunia semua terlahir dari ilmu filsafat. Entah siapa yang salah dalam hal ini (kalau tidak ada kebenaran manusia yang pasti maka kesalahan manusia yang pasti pun tidak ada). Ataukah ini adalah "dosa turunan" dari transfer ilmu dari nenek moyang atau ini adalah sebuah konstruksi budaya yang dibangun oleh penguasa pada saat itu..???

Dalam berfilsafat jangan pernah takut untuk tidak tahu, ingin tahu, dan mengetahui.

Link to this elegi

Komentar Elegi Kuda Lumping Bangsaku

Adab Filsafat yang bersesuaian :
Segala sesuatu yang terjadi di negeri tercinta ini, bisa dilihat tidak hanya dari sebuah pertunjukkan Kuda Lumping saja. Begitu banyak pertunjukkan lain, hiburan-hiburan lain, yang merupakan tanda-tanda akan "kesurupan" yang berkepanjangan sejak negara Indonesia merdeka sampai hampir tidak merdeka lagi ini (semoga saja tidak). Sebenarnya manusia-manusia cerdas yang berada di dalam SISTEM yang ada di negara ini bisa membaca itu semua. Hanya saja, banyak di antara mereka yang tidak bisa bahkan sengaja tidak bisa untuk "MERASA". Yang akhirnya akan menghilangkan ke"SADAR"an meraka untuk berani melawan arus yang ada di dunia. Tidak sedikit juga orang yang mampu mem"BACA" dan "BERANI" untuk melakukan sebuah perubahan besar. Tetapi sepertinya orang-orang tersebut belum bisa untuk menerobos sistem yang sudah mendarah daging itu (sebuah sistem yang merupakan dosa turunan). Bahkan mereka diambil hak-haknya, seperti yang terjadi pada saudara kita semua, MUNIR, yang sampai saat ini tidak diketahui siapa yang bertanggung jawab atas kematiannya.

Dari perkuliahan pertama mata kuliah Filsafat Ilmu dengan Pak Marsigit saya dapat mengambil hikmah bahwa dengan filsafat sebenarnya masalah-masalah yang kompleks yang terjadi di negara ini bisa mendapatkan jalan keluar(solusi). Di mana manusia harus bisa "BERPIKIR" dan "MERASA" dengan "JUJUR", "SADAR", dan "BERANI" untuk "Membangun Diri" menjadi yang terbaik bagi diri sendiri dan sekitarnya.

Link to this elegi